Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kekalahan beruntun di Pilkada serentak yang dialami PDI-Perjuangan

Kekalahan-kekalahan yang dialami oleh PDI-Perjuangan dalam Pilkada Serentak diberbagai daerah tahun 2017 masih berlanjut.

Sebagai partai pendukung pasangan calon Nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) di Pilgub DKI Jakarta, PDIP lagi-lagi menderita kekalahan di pilkada. 

Sebelumnya, PDI-P harus menelan pil pahit dalam pilkada Banten, PDIP bersama PPP dan Nasdem yang mengusung pasangan Rano Karno-Embay Mulya di Pilgub Banten, kalah dengan selisih 89.890 suara (1,90 persen) melawan Wahidin Halim-Andika Hazrumy, yang diusung Demokrat, Golkar, Gerindra, Hanura, PKS, PAN, dan PKB.

Kekalahan beruntun di Pilkada serentak yang dialami PDI-Perjuangan


Sebelum Pilkada serentak dimulai, PDI-P dengan congkaknya merasa yakin akan memenangi Pilkada serentak kali ini, tidak terkecuali Pilgub Banten dan Jakarta. 

Untuk memenangi Pilkada Banten, PDIP sudah menerjunkan kader-kader terbaiknya, yakni Tb Hasanuddin dan Ahmad Basarah, termasuk sang ketua umum Megawati Soekarnoputri yang juga pernah turun dalam kampanye akbar Rano-Embay. Tapi sekali lagi, hasilnya kalah dengan menyesakkan hanya berselisih 1,90 persen suara saja.


Akan kekalahan ini, PDI-P mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, namun sekali lagi gugatan mereka ditolak Mahkamah Konstitusi atas aduan atau gugatan mereka ini, karena didasarkan atas gugatan PDI-P CS ini lemah, dan lagi-lagi mereka harus menelan pil pahit kekalahan.

Nasib sial PDIP di Banten ini berlanjut di DKI Jakarta yang dianggap sebagai barometer Pilkada di Indonesia. Hasil kerja Ahok-Djarot sebagai petahana, tak cukup untuk meyakinkan warga jakarta agar memilih pasangan yang diusung PDIP, Golkar dan Nasdem itu.

Sebelumnya, megawati sebagai Ketua Umum dari PDI-P pernah sesumbar, akan memenangi Pilkada DKI ini dalam 1 putaran saja, namun sekali lagi, kepercayaan diri dari Partai Penguasa dan pemenang pemilu 2014 silam harus dibayar mahal, mengalami kekalahan-kekalahan beruntun.

Seperti kita ketahui, modal suara yang dikantongi oleh Ahok-Djarot terlampau tinggi sejak awal Pilgub dibandingkan Anies-Sandi. Segala macam daya dan upaya, termasuk menerjukan beberapa tokoh dan artis. Bahkan dengan melakukan upaya kampanye hitam (black campaign) dengan membagi-bagikan SEMBAKO dalam masa tenang Pilkada, namun tetap hasilnya kalah cukup telak.

Dalam hasil hitung cepat (quick count) Pilgub DKI, selisih kekalahan Ahok-Djarot rata-rata 10-15 persen. Jauh dari syarat yang diatur undang-undang jika ingin mengajukan gugatan yaitu paling banyak 1 persen.

Dan dari data hasil real count KPU sampai dengan jam 09.28 WIB hari Kamis, 20 April 2017 suara yang masuk sekitar, 54.40 persen dengan Perolehan suara Anies-Sandi sebesar 56,41 persen dan pasangan nomor urut 2 sebesar 43.59 persen.



TENTANG KAMI : Situs yang didedikasikan sebagai tempat untuk belajar Soal CPNS, Psikotes dan Blogging. Informasi terkini tentang Drakor terbaru, Loker, Lifestyle dan Teknologi. Terus ikuti kami untuk update artikel terbaru, atau ikuti kami di Facebook dan Twitter.


Deddy's
Deddy's Seorang abdi negara yang aktif menulis blog dikala libur
Follow me: @deddy

Posting Komentar untuk "Kekalahan beruntun di Pilkada serentak yang dialami PDI-Perjuangan"